Harapan Napitupulu Lulus Syarat Administrasi Menjadi Kabiro Media Online harimausumateranews Kab. Toba.

kabiro harimausumateranews Kab Toba Harapan Napitupulu

harimausumateranews.com-Medan-Persyaratan administrasi Wartawan harimausumateranews  :

Dunia pers makin maju. Melihat aktivitas jurnalistik dewasa ini pun seolah-olah sesuatu yang mudah saja. Hingga tidak sedikit orang dengan modal sekadarnya memutuskan menjadi wartawan. Biasanya mereka memulai dengan bergabung di media kecil-kecilan, atau ada pula yang langsung menembak media dengan standar lebih berat. Lalu jadilah wartawan.

Wartawan di masa lalu, dan wartawan yang berkiprah hari ini cukup memiliki perbedaan. Para wartawan senior biasanya didik dengan begitu berat, tidak dengan cara instan. Dengan mengandalkan alat tulis, notes, dan daya ingat membuat wartawan memiliki daya jelajah yang luar biasa. Mereka amat fokus pada bahan liputan, ini bisa dibandingkan dengan wartawan yang saat ini semata-mata mengandalkan alat elekronik atau mungkin handphone yang memiliki alat rekam. Liputan terasa sangat gampang.

Wartawan itu mewakili kepentingan publik. Maka tidak seyogianya profesi ini tidak digeluti seseorang yang sekadar ingin menumpang hidup, karena memiliki rencana lain untuk melompat pada kepentingan pragmatis di kemudian hari. Maka syarat utamanya, ia harus peduli pada kesinambungan aktivitas jurnalistik yang tidak pernah berhenti setiap hari.

Di era tahun 1980-an, untuk lebih menyingkat masanya, sebagian besar media menetapkan standar lulusan SMA sebagai batas minimal calon wartawan. Namun seiring waktu, sejak tahun 2000-an standar itu lebih ketat, minimal S1. Uniknya level pendidikan ini tidak secara khusus bagi para lulusan sekolah jurnalistik, tetapi menerima semua alumni dengan ragam latar belakang. Inilah yang membuat newsroom itu padat gagasan.

Lulusan S1 itu dianggap memiliki ketajaman analisis lebih dibanding tamatan SMA. Apakah itu sebuah jaminan? Sebenarnya tidak juga. Sebab dari ruang redaksilah mereka akan dididik, dan dilatih sesuai standar media dimana wartawan itu bekerja. Seorang calon wartawan idealnya sejak awal memiliki talenta, hingga pihak redaksi atau perusahaan media tidak begitu sulit mendidik, dan mengorbitkannya sebagai sosok profesional.

Lalu apa syarat jadi wartawan? Pertama tentu berpendidikan. Seperti yang penulis kemukakan sebelumnya. Syarat pendidikan itu nomor satu, sebab seorang wartawan akan menghadapi begitu banyak orang atau narasumber, dengan seribu latar sosial dan pendidikan. Kita tidak berharap akan ada wartawan yang hanya melongo di depan seorang narasumber, karena standar pengetahuannya tidak bisa mengimbangi sumbernya. Kedua, memiliki keterampilan berbahasa.

Artinya seorang wartawan harus pandai berbicara, aktif menyimak, terampil menulis, dan memiliki kekuatan membaca yang hebat. Apa jadinya bila seorang wartawan tidak memadai dalam syarat keterampilan berbahasa ini. Idealnya seorang wartawan memahami dengan baik (bukan menghapal ya) rencana liputannya sebelum terjun ke lapangan.

Ketiga, seseorang memiliki naluri atau kepedulian. Ketika seorang wartawan tidak memiliki daya endus ini, sebaiknya lebih awal berhenti, sebab dia tidak akan pernah menghasilkan karya apapun dari profesi terhormat ini. Hal yang membedakan antara satu wartawan dengan wartawan lainnya, salah satunya dari sisi ini secara mencolok.

Keempat, mampu menjaga kepercayaan. Seorang yang dipercaya publik akan selalu menghasilkan karya yang ditunggu-tunggu karena pembaca meyakini, wartawan itu tidak selalu berkutat pada desas-desus semata tetapi sanggup menyembulkan kepentingan publik sebagai realitas yang diperlukan. Publik saat ini memiliki lebih banyak sumber untuk menerima informasi. Maka seorang wartawan harus terus melatih dirinya makin pintar mengelola sebuah informasi sebagai peristiwa yang layak dan pantas diberitakan. Wartawan juga harus menjaga kepercayaan narasumber dalam menjaga informasi yang diberikan. Adakalanya sebuah informasi penting dapat diperoleh wartawan karena atas jaminan bahwa ia bisa dipercaya sampai kapan pun. Wartawan yang dapat dipercaya, akan tetap mampu menjaga hubungan baiknya dengan siapapun. Kelima, agresif.

Wartawan itu mesti aktif, tidak hanya menunggu sampai kapan awan di langit itu menjadi lebih tebal lalu menurunkan hujan, atau menyisakan banjir. Wartawan harus pandai mengeksplor setitik informasi untuk kemudian menjadi bacaan atau informasi yang menarik dan bermanfaat bagi pembaca atau pemirsa. Situasi yang selalu berubah cepat, mendesak wartawan untuk lebih aktif.

Keenam, berpikir kritis. Apatis itu berbeda dengan skeptis. Wartawan idealnya tidak mudah percaya pada informasi pertama dari seorang narasumber, melainkan harus menggalinya dengan melakukan klarifikasi, atau verifikasi data pada sumber lain. Kurang percaya itu menuntut wartawan bekerja lebih cerdas, sebelum ia menyakini validitas informasi dari siapapun.

Ketujuh, sopan. Bukan zamannya lagi wartawan bercelana penuh robekan, atau berpenampilan seolah tak peduli apakah telah mandi atau tidak. Itu mungkin berlaku pada pengalaman para senior di masa lalu, yang memang berkutat dengan beberapa masalah teknis redaksi hingga ke percetakan. Wartawan penting menjaga perfomanya.

Bukankah itu melambangkan tabiat, dan cara menjunjung etika. Delapan, tidak mengandalkan materi. Dunia media itu terbagi atas dua bagian besar, yakni urusan perusahaan dan urusan redaksi. Yang berpikir materi mereka yang ditempatkan di jajaran perusahaan, tugasnya mengelola tingkat pertumbuhan pelanggan, kerja sama dan periklanan.

Jobnya memang mencari uang untuk tetap menjalankan keberlangsunan perusahaan. Nah, bagi newsroom tanggung jawabnya tetap menjaga idealisme media yang Tuan-nya hanya satu: publik. Wartawan sejatinya tidak diarahkan untuk memasuki ruang usaha itu, kecuali pada sebatas kebijakan perusahaan yang menuntut mereka menyesuaikan kepentingan bisnis dan konten liputan.Penulis memiliki pengalaman panjang tentang hal ini, untuk itu ritmenya harus dijaga sedemikian rupa.

Memperingati Hari Pers Nasional, kamu yang punya cita-cita bekerja dalam bidang ini kudu tahu risiko apa saja yang akan kamu dapatkan saat terlibat dalam wilayah pekerjaan ini. Ini daftarnya.

1. Pekerjaan ini kental dengan risiko kematian Saat melakukan tugas liputan di tempat yang sedang terjadi kerusuhan atau bencana alam, kamu harus siap menghadapi hal-hal yang tidak terduga, termasuk kematian. Nyatanya, bukan hanya tentara yang rela mati bagi negara. jurnalis juga harus rela mati demi berita. Jadi kalau kamu tidak sungguh-sungguh ingin jadi wartawan, lebih baik jangan.

2. Bekerja dalam industri yang bersifat menuntut Bukan seperti di kantor dengan jam kerja yang pasti. Sebagai jurnalis kamu akan dituntut selalu siap dan siaga. Kapanpun, dimanapun, apapun yang kamu lakukan, bagaimana perasaanmu, semua itu harus ditinggalkan demi mendapat berita eksklusif dari tempat kejadian langsung. jurnalis itu bekerja pada industri yang sifatnya menuntut. Menuntut waktu, kecepatan dan pastinya tenaga.

3. Jarang menemukan yang namanya akhir pekan Bagi seorang jurnalis, akhir pekan bisa jadi bukanlah sebuah akhir pekan. Kamu harus selalu siaga dan siap meliput bahkan di akhir pekan. Walau kelihatannya hal ini melelahkan, tapi kamu yang sudah passion, pasti justru senang harus terus bekerja. Bahkan di akhir pekan sekalipun.

4. Namanya Jurnalis, kamu juga harus siap punya banyak musuh Karena pekerjaan jurnalis adalah memberitakan, maka pastinya bukan hanya berita yang baik-baik saja. Berita buruk juga. Hal ini memicu adanya pro kontra dari berbagai macam pihak yang membaca ataupun mendengarkan berita yang kamu sampaikan. Dari situ, kamu bakal punya banyak musuh yang merasa tidak setuju dengan apa yang kamu tulis atau beritakan.

5. Akrab juga dengan yang namanya stres, apalagi deadline Jurnalis itu selalu berada dalam naungan deadline tiada henti. Tekanan macam ini pastilah bikin stres dan sebal setengah mati. Kalau ada kejadian yang harus saat itu juga diliput, media tempatmu bekerja pasti berlomba dengan kecepatan untuk jadi media pertama yang menerbitkan. Di saat seperti inilah kamu akan akrab banget sama yang namanya stres.

KELENGKAPAN  ADMINISTRASI  :

-Surat lamaran Daftar Anggota harimausumateranews . -Foto Pribadi (Separuh badan) untuk PERS CARD -Surat SKK Dari Polsek Setempat -Foto Copy E-KTP dan Foto KSK -Foto MPWP Pribadi (Jika ada) -Foto Ijazah Terakhir (Minimal SMA) -foto Sertifikat DIKLAT Jurnalis (Jika ada) -Harus Punya Hp Minim Android -No Hp dan WA yang Selalu Aktif. -Bisa Menulis dan Kirim Berita -Punya Kendaraan Pribadi untuk cari Berita. -Biaya Pendaftaran tergantung Posisi Jabatan (KORLIP, KABIRO , WARTAWAN, KONTRIBUTOR) Atau STAF REDAKSI. Adapun Dana yang wajib di penuhi, diantaranya : Keputusan Sementara HASIL RAPAT Tim Redaksi: Biaya Administrasi Pendaftaran posisi Jabatan Sesuai kemampuan individu / anda pilih:

KORLIP (Koordinator Liputan) Fasilitas yang di dapat: ID CARD + data SK Pengangkatan +data Surat Penempatan + data Profil Pers harimausumateranews + ambil koran 10 eksemplar /Perterbit.

KABIRO (Kepala Biro) Fasilitas yang di dapat: ID CARD + data SK Pengangkatan +data Surat Penempatan + data Profil Pers harimausumateranews .

WARTAWAN Fasilitas yang di dapat: ID CARD + data SK Pengangkatan + SK Penempatan.

Semua Wartawan Harus Bisa Rilis dan Kirim Berita & Wajib ambil koran mingguan/ Perterbit. Harga koran 7rb. Ukuran koran lain Ongkir. Saudara tinggal pilihan untuk posisi Jabatan.

Salam harimausumateranews

(Red)

Post a Comment

Previous Post Next Post
banner