Hidup Menderita di Rumah Petak 2×6 Meter, Ini Kisah Ibu Muda yang Dicerai Suami lantaran Lahirkan Bayi Cacat

Hidup Menderita di Rumah Petak 2×6 Meter, Ini Kisah Ibu Muda yang Dicerai Suami lantaran Lahirkan Bayi Cacat

SURABAYA–Seorang ibu muda di Surabaya dikabarkan diceraikan oleh sang suaminya lantaran dirinya melahirkan bayi cacat. Kabar ini pun langsung viral di media sosial.
Dikabarkan ibu bernama Dina Oktavia itu ditinggalkan suami gara-gara sang suami malu punya anak tak normal.

Dina Oktavia tak menyangka kehadiran buah hati hasil pernikahannya dengan sang suami justru menyebabkan keretakan rumah tangganya.

“Suami saya sudah satu bulan ini pergi, katanya malu punya anak tidak sempurna,” ungkap Dina yang bercerita sambil berkaca-kaca.

Sang anak yang bernama Pandhu itu memang mengidap penyakit tak biasa. Menurut diagnosa dokter, Pandhu mengidap Hidrosefalus, sang anak pun juga mengalami kerusakan pada bagian wajahnya, khususnya di bagian bibir, hidung dan kedua matanya.

Selain sang suami yang merasa malu memiliki anak yang terlahir tidak sempurna, mertua Dina pun enggan mengakui keberadaan Pandhu yang merupakan cucunya.

Dina menceritakan, pernikahannya itu sempat ditentang sang mertua lantaran kondisi Dina yang berlatar belakang keluarga tak beruntung. Namun, pasangan muda itu masih bisa menjalani cobaan itu hingga memiliki buah hati.

Namun, belakangan, sang suami beserta keluarganya enggan mengakui Pandhu lantaran terlahir dalam kondisi tak normal.

“Malu gara-gara cucunya gak sempurna,” terang Dina.

Penderitaan Dina pun kian bertambah, saat belakangan sang suami menyuruh dirinya mengurus cerai sendiri.

“Untuk makan sehari-hari kadang ada kadang enggak gitu saya harus ngurus cerai sendiri,” ucap Dina.”

Dina Oktavia (21) tinggal di tempat yang sangat memprihatinkan. Di rumah petaknya yang berukuran 2×6 meter itu, dirinya harus membesarkan anaknya yang berkebutuhan khusus.

“Saya sewa perbulan lima ratus ribu,” kata Dina saat ditemui di rumahnya di kawasan Jojoran STAL 5B, Kelurahan Airlangga, Kecamatan Gubeng, Surabaya, Ahad (1/12/2019).

Menurut Dina, dirinya ingin membesarkan anak semata wayangnya dalam kondisi yang layak.

Hanya saja, kondisi ekonomi memaksa dirinya tinggal di rumah yang sempit bersama ibu kandung dan anak semata wayangnya yang berkebutuhan khusus.

Belum lagi, rumah itu banyak tikus yang berkeliaran. Sehingga, Dina mengaku takut anaknya digigit. Dina trauma terhadap gigitan tikus.

Sebab, kondisi anaknya yang mengidap Hidrosefalus ditengarai lantaran virus tikus.

“Saya waktu hamil dua kali digigit tikus,” katanya.

Sehingga, ia pun berharap keluhannya itu didengar oleh Pemerintah Kota Surabaya bahkan Pemerintah Provinsi Jatim.

“Ingin anak saya terjamin. Agar lekas sembuh,” harapnya.

SUMBER: TRIBUNNEWS.COM

Post a Comment

Previous Post Next Post
banner