Tentara Israel Tembaki Rumah Warga Al Quds dengan Gas Air Mata
PALESTINA–Tentara Israel dikabarkan telah memasuki sebuah rumah Palestina di Al-Quds pada Senin (25/11/2019) malam. Tanpa alasan, mereka menembakan gas air mata kepada penghuni rumah di kota Hizma, sebelah timur Al-Quds jajahan. Tentara Israel juga mengejar sejumlah penduduk yang sedang berada di lokasi.
Menurut sumber medis, pasukan Israel mengejar sekelompok pemuda yang berada di lingkungan Al-Shaheed. Seorang pemuda Mohammed Fathi Kanaan mengalami luka akibat tembakan gas air mata, kaca-kaca rumah dipecahkan, dan penghuninya tercekik gas beracun, termasuk anak-anak yang belum berumur satu tahun. Mereka semua kemudian diangkut ke pusat kesehatan untuk diobati.
Sebelumnya, tentara Zionis sekitar dua pekan lalu telah menyerbu kota Hizma dan sekitarnya. Mereka mendirikan pos pemeriksaan secara mendadak di pintu masuk ke kota utama.
Sementara itu, Mantan menteri urusan al-Quds Khaled Abu Arafeh mengutuk normalisasi Arab yang terjadi dengan negara penjajah Israel, serta tidak adanya dukungan Arab untuk Palestina dan warga al-Quds.
“Ini adalah normalisasi pembunuh. Karena membolehkan penjajah Israel merampas tanah Arab dan melakukan yahudisasi tempat-tempat suci Islam dan Arab,” kata Abu Arafeh.
Dia menekankan bahwa perjanjian Oslo, perjanjian-perjanjian dan negosiasi Otoritas Palestina dengan penjajah Israel yang gagal, adalah yang telah menanam benih normalisasi dan pertemuan dengan orang-orang Arab di meja bundar, untuk menjadi pohon normalisasi secara terang-terangan.
Abu Arafah menyatakan bahwa pelanggaran-pelanggaran penjajah Israel yang terus-menerus “dilakukan secara menggebu dan belum pernah terjadi sebelumnya” di al-Quds, di belakangnya adalah institusi resmi penjajah Israel dan organisasi-oerganisasi permukiman Yahudi, serta diberi perlindungan penuh oleh peradilan militer Israel.
Dia menjelaskan bahwa “masalah internal Israel” terutama masalah Perdana Menteri, dijadikan oleh orang-orang Israel dan partai-partai Israel untuk mencapai kemajuan dalam program pembangunan dan perluasan permukiman-permukiman ilegal Yahudi dengan mengorbankan persoalan Palestina dan tempat-tempat suci di al-Quds.
Dia menekankan bahwa penjajah Israel memaksakan sebuah fase pada masalah Palestina di al-Quds, fase yang “gelap dan hitam di tengah-tengah eskalasi Israel yang berbahaya”. Dia menyatakan bahwa “permainan berbahaya saat ini adalah untuk mendelegitimasi Yordania sebagai sponsor dan pemegang mandat atas al-Quds dan dipindahkan ke Arab Saudi.
SUMBER: PALINFO
PALESTINA–Tentara Israel dikabarkan telah memasuki sebuah rumah Palestina di Al-Quds pada Senin (25/11/2019) malam. Tanpa alasan, mereka menembakan gas air mata kepada penghuni rumah di kota Hizma, sebelah timur Al-Quds jajahan. Tentara Israel juga mengejar sejumlah penduduk yang sedang berada di lokasi.
Menurut sumber medis, pasukan Israel mengejar sekelompok pemuda yang berada di lingkungan Al-Shaheed. Seorang pemuda Mohammed Fathi Kanaan mengalami luka akibat tembakan gas air mata, kaca-kaca rumah dipecahkan, dan penghuninya tercekik gas beracun, termasuk anak-anak yang belum berumur satu tahun. Mereka semua kemudian diangkut ke pusat kesehatan untuk diobati.
Sebelumnya, tentara Zionis sekitar dua pekan lalu telah menyerbu kota Hizma dan sekitarnya. Mereka mendirikan pos pemeriksaan secara mendadak di pintu masuk ke kota utama.
Sementara itu, Mantan menteri urusan al-Quds Khaled Abu Arafeh mengutuk normalisasi Arab yang terjadi dengan negara penjajah Israel, serta tidak adanya dukungan Arab untuk Palestina dan warga al-Quds.
“Ini adalah normalisasi pembunuh. Karena membolehkan penjajah Israel merampas tanah Arab dan melakukan yahudisasi tempat-tempat suci Islam dan Arab,” kata Abu Arafeh.
Dia menekankan bahwa perjanjian Oslo, perjanjian-perjanjian dan negosiasi Otoritas Palestina dengan penjajah Israel yang gagal, adalah yang telah menanam benih normalisasi dan pertemuan dengan orang-orang Arab di meja bundar, untuk menjadi pohon normalisasi secara terang-terangan.
Abu Arafah menyatakan bahwa pelanggaran-pelanggaran penjajah Israel yang terus-menerus “dilakukan secara menggebu dan belum pernah terjadi sebelumnya” di al-Quds, di belakangnya adalah institusi resmi penjajah Israel dan organisasi-oerganisasi permukiman Yahudi, serta diberi perlindungan penuh oleh peradilan militer Israel.
Dia menjelaskan bahwa “masalah internal Israel” terutama masalah Perdana Menteri, dijadikan oleh orang-orang Israel dan partai-partai Israel untuk mencapai kemajuan dalam program pembangunan dan perluasan permukiman-permukiman ilegal Yahudi dengan mengorbankan persoalan Palestina dan tempat-tempat suci di al-Quds.
Dia menekankan bahwa penjajah Israel memaksakan sebuah fase pada masalah Palestina di al-Quds, fase yang “gelap dan hitam di tengah-tengah eskalasi Israel yang berbahaya”. Dia menyatakan bahwa “permainan berbahaya saat ini adalah untuk mendelegitimasi Yordania sebagai sponsor dan pemegang mandat atas al-Quds dan dipindahkan ke Arab Saudi.
SUMBER: PALINFO
Post a Comment