Salah Menghadap Kiblat, Apakah Shalat Harus Diulang?

Salah Menghadap Kiblat, Apakah Shalat Harus Diulang?

Menghadap kiblat merupakan syarat sah shalat yang disepakati oleh ulama empat mazhab. Oleh karena itu, orang yang tubuhnya tidak menghadap kiblat saat shalat itu tidak sah. Namun bagaimana jika misalnya kita sedang berada di luar kota, dan ternyata tuan rumah salah menunjukkan arah kiblat, padahal kita sudah selesai shalat, apakah kita harus mengulang shalat? Terdapat dua perincian mengenai permasalahan keliru menghadap kiblat saat shalat.
Pertama, orang yang keliru menghadap kiblat tanpa terlebih dahulu bertanya atau berijtihad menggunakan kompas atau teknologi pencari kiblat tentu shalatnya tidak sah. Hal ini sebagaimana pendapat yang disampaikan Imam Ibnu Abdil Bar berikut dalam kitab al-Istidzkar.

وأجمعوا أن من صلى من غير اجتهاد ولا طلب للقبلة ثم بان له أنه لم يستقبل جهتها في صلاته أن صلاته فاسدة، كمن صلى بغير طهارة يعيدها في الوقت وغيره. وفي هذا المعنى حكم من صلى إلى غير القبلة في مسجد يمكنه فيه طلب القبلة وعلمها ووجودها بالمحراب وشبهه ولم يفعل وصلى إلى غيرها

Ulama bersepakat bahwa orang yang shalat tanpa berijtihad dan mencari arah kiblat, kemudian diketahui kemudian ia keliru menentukan arah kiblat itu shalatnya tidak sah. Ini sama saja seperti seseorang yang shalat tanpa bersuci (wudhu atau tayamum) terlebih dahulu. Karena itu, ia diwajibkan mengulangi shalat saat itu juga atau di lain waktu. Hal ini juga berlaku bagi orang yang shalat di dalam masjid tanpa menghadap kiblat, padahal ia memungkinkan untuk mencari, mengetahui, dan menandai arah kiblat dengan adanya mihrab dan semisalnya, namun ia tidak melakukannya dan malah menghadap bukan arah kiblat.

Kedua, orang yang sudah berusaha mencari arah kiblat dengan menggunakan kompas atau teknologi pencari arah kiblat, namun masih tetap keliru, bagaimanakah solusinya?

orang yang mengetahui kekeliruannya saat masih dalam posisi shalat itu segeralah berbalik badan langsung mengarah kiblat yang benar, tanpa harus membatalkan shalat terlebih dahulu. Hal ini mengacu pada peristiwa peralihan kiblat secara mendadak pada masa Nabi. Saat itu umat Muslim menghadap kiblat ke arah Syam, dan tiba-tiba turun perintah beralih kiblat ke arah Ka‘bah. Para sahabat langsung memalingkan badan mereka ke arah Ka‘bah tanpa harus membatalkan shalat terlebih dahulu (Baca: Sejarah Kiblat Umat Islam)

Bagaimana jika shalat sudah selesai? Apakah orang yang sudah berusaha mencari arah kiblat dengan menggunakan kompas atau teknologi pencari arah kiblat, namun masih tetap keliru tetap wajib mengulang shalat? Imam Ibnu Hubairah mengemukakan pendapat ini dalam Ikhtilaf al-Aimmah al-‘Ulama sebagai berikut.

وأجمعوا على أنه إذا صلى إلى القبلة باجتهاد، ثم بان أنه أخطأ فإنه لا إعادة إلا في أحد قولي الشافعي الجديد: يعيد (اختلاف الأئمة العلماء 1/97-98).

Ulama telah sepakat mengenai orang yang shalat dengan berusaha mencari arah kiblat, ternyata keliru dalam mencari. Orang itu tidak perlu mengulang shalat, kecuali menurut salah satu pendapat jadid imam Syafii.

Artinya, menurut banyak ulama, orang yang sudah berusaha mencari arah kiblat, kemudian keliru dan sudah selesai shalat itu tidak perlu mengulangi atau mengganti shalatnya tersebut. Wallahualam bis shawab.

Sumber :bincangsyariah.com

Post a Comment

أحدث أقدم
banner