Hanya Digaji Rp 700 Ribu Per Bulan, Pak Guru Ini Pagi Mengajar Malam Berubah Jadi Sundel Bolong
Berjasa dan berperan penting dalam kecerdasan anak bangsa namun digaji kecil, begitulah gambaran seorang guru honorer.
Setiap hari tanpa kenal letih mereka terus mengajar, memberikan ilmu kepada anak-anak penerus bangsa. Namun sayang, upaya dan jerih payah mereka dihargai dengan bayaran tak sebanding, yang hanya berkisar ratusan ribu rupiah.
Ini jelas berat untuk diterima mereka, terutama yang sudah berkeluarga. Mereka harus memutar otak, bagaimana membagi uang untuk makan sehari-hari dan keperluan lainnya.
Hal inilah yang sampai membuat Musri (46), guru honorer kelas VI di SD Negeri 105364 di Desa Lubuk Rotan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdangbedagai, Sumatera Utara, menjajal profesi lain dengan menjadi “hantu”.
Profesi yang telah dilakoninya selama sepuluh tahun terakhir ini untuk menutupi biaya kehidupannya, karena dengan mengandalkan gajinya sebagai guru honor tidak cukup.
Bayangkan saja, Musri yang sudah mengabdi selama 20 tahun masih digaji Rp 700 ribu, dan itu pun baru diterima setiap tiga bulan sekali.
“Gaji cuma Rp 700 ribu per bulan, ya harus pintar-pintarlah cari tambahan. Job-nya itulah, jadi sundel bolong atau pocong. Nge-job-nya sama kawan-kawan dan sebulan minimal bisa tampil (di pesta khitanan atau pernikahan di kampung-kampung) empat sampai enam kali,” tutur Musri, dilansir SuryaMalang.com.
“Sekali tampil bisa bergaji Rp 100 ribu sampai Rp 125 ribu per orang tergantung jauh dekatnya lokasi acara,” lanjutnya.
Mengingat job yang tidak pernah tetap, Musri pun kerap menjajal profesi lain demi sesuap nasi.
“Kadang kalau tidak ada job jadi hantu ya jadi badut. Lumayan juga bisa dapat Rp 150 ribu sekali manggung,” ucapnya.
Meski profesi yang ia lakoni jauh dari derajatnya sebagai seorang guru, Musri mengaku tak malu sama sekali.
“Aku enggak mencuri jadi enggak perlu malu karena aku menganggap apa yang kulakukan ini hanya sebatas menghibur dan membuat orang ketawa saja,” ujar bapak satu anak tersebut.
Sumber : tribunnews.com
Berjasa dan berperan penting dalam kecerdasan anak bangsa namun digaji kecil, begitulah gambaran seorang guru honorer.
Setiap hari tanpa kenal letih mereka terus mengajar, memberikan ilmu kepada anak-anak penerus bangsa. Namun sayang, upaya dan jerih payah mereka dihargai dengan bayaran tak sebanding, yang hanya berkisar ratusan ribu rupiah.
Ini jelas berat untuk diterima mereka, terutama yang sudah berkeluarga. Mereka harus memutar otak, bagaimana membagi uang untuk makan sehari-hari dan keperluan lainnya.
Hal inilah yang sampai membuat Musri (46), guru honorer kelas VI di SD Negeri 105364 di Desa Lubuk Rotan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdangbedagai, Sumatera Utara, menjajal profesi lain dengan menjadi “hantu”.
Profesi yang telah dilakoninya selama sepuluh tahun terakhir ini untuk menutupi biaya kehidupannya, karena dengan mengandalkan gajinya sebagai guru honor tidak cukup.
Bayangkan saja, Musri yang sudah mengabdi selama 20 tahun masih digaji Rp 700 ribu, dan itu pun baru diterima setiap tiga bulan sekali.
“Gaji cuma Rp 700 ribu per bulan, ya harus pintar-pintarlah cari tambahan. Job-nya itulah, jadi sundel bolong atau pocong. Nge-job-nya sama kawan-kawan dan sebulan minimal bisa tampil (di pesta khitanan atau pernikahan di kampung-kampung) empat sampai enam kali,” tutur Musri, dilansir SuryaMalang.com.
“Sekali tampil bisa bergaji Rp 100 ribu sampai Rp 125 ribu per orang tergantung jauh dekatnya lokasi acara,” lanjutnya.
Mengingat job yang tidak pernah tetap, Musri pun kerap menjajal profesi lain demi sesuap nasi.
“Kadang kalau tidak ada job jadi hantu ya jadi badut. Lumayan juga bisa dapat Rp 150 ribu sekali manggung,” ucapnya.
Meski profesi yang ia lakoni jauh dari derajatnya sebagai seorang guru, Musri mengaku tak malu sama sekali.
“Aku enggak mencuri jadi enggak perlu malu karena aku menganggap apa yang kulakukan ini hanya sebatas menghibur dan membuat orang ketawa saja,” ujar bapak satu anak tersebut.
Sumber : tribunnews.com
Post a Comment