Benarkah Membalas Celaan dengan Celaan Termasuk Dosa Besar?
BincangSyariah.Com – Sering kita mendengar atau melihat seseorang melakukan keburukan dan celaan karena hendak membalas keburukan dan celaan dari orang lain. Ini sepintas benar, namun hakikatnya tetap dilarang dalam Islam. Kita tetap dilarang melakukan keburukan dan celaan kepada orang lain meskipun atas dasar hendak membalas keburukan dan celaannya.
Bahkan dalam sebuah hadis disebutkan bahwa membalas celaan dengan celaan serupa termasuk dosa besar. Hadis dimaksud diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dari Abu Hurairah, dia berkata bahwa Nabi Saw bersabda;
إِنَّ مِنْ أَكْبَرِ الْكَبَائِرِ اسْتِطَالَةَ الْمَرْءِ فِي عِرْضِ رَجُلٍ مُسْلِمٍ بِغَيْرِ حَقٍّ وَمِنْ الْكَبَائِرِ السَّبَّتَانِ بِالسَّبَّةِ
Sesungguhnya termasuk bagian dari dosa-dosa besar adalah melanggar harga diri seorang muslim tanpa hak. Dan termasuk dosa besar adalah membalas celaan dengan celaan.
Membalas celaan dengan celaan ini akan semakin besar dosanya jika berhubungan dengan celaan kepada orang tua. Ini sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Imam Bukhari dari Abdullah bin Umar, dia berkata bahwa Nabi Saw bersabda;
إِنَّ مِنْ أَكْبَرِالْكَبَائِرِ أَنْ يَلْعَنَ الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ، قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ يَلْعَنُ الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ؟ قَالَ: يَسُبُّ الرَّجُلُ أَبَا الرَّجُلِ. فَيَسُبُّ أَبَاهُ وَيَسُبُّ أُمَّهُ
Sesungguhnya termasuk di antara dosa terbesar adalah seseorang melaknat kedua orang tuanya sendiri. Beliau ditanya; ‘Bagaimana mungkin seseorang tega melaknat kedua orang tuanya?.’ Beliau menjawab; ‘Seseorang mencela (melaknat) ayah orang lain, kemudian orang tersebut membalas mencela ayah dan ibu orang yang pertama.’
Karena itu, jika ada orang lain berbuat buruk kepada kita atau mencela kita, maka minimal kita tidak membalasnya. Ini seperti telah dicontohkan oleh Nabi Saw, sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Imam Tirmidzi dari Aisyah, dia berkata;
لَمْ يَكُنْ فَاحِشًا وَلَا مُتَفَحِّشًا وَلَا صَخَّابًا فِي الْأَسْوَاقِ وَلَا يَجْزِي بِالسَّيِّئَةِ السَّيِّئَةَ وَلَكِنْ يَعْفُو وَيَصْفَحُ
Beliau bukanlah seorang yang buruk prilakunya, tidak pula menjelek-jelekkan orang lain. Beliau tidak suka berteriak di pasar-pasar. Beliau bukanlah tipe orang yang membalas keburukan dengan keburukan, namun beliau selalu memaafkan dengan lapang dada.
Sumber : bincangsyariah.com
BincangSyariah.Com – Sering kita mendengar atau melihat seseorang melakukan keburukan dan celaan karena hendak membalas keburukan dan celaan dari orang lain. Ini sepintas benar, namun hakikatnya tetap dilarang dalam Islam. Kita tetap dilarang melakukan keburukan dan celaan kepada orang lain meskipun atas dasar hendak membalas keburukan dan celaannya.
Bahkan dalam sebuah hadis disebutkan bahwa membalas celaan dengan celaan serupa termasuk dosa besar. Hadis dimaksud diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dari Abu Hurairah, dia berkata bahwa Nabi Saw bersabda;
إِنَّ مِنْ أَكْبَرِ الْكَبَائِرِ اسْتِطَالَةَ الْمَرْءِ فِي عِرْضِ رَجُلٍ مُسْلِمٍ بِغَيْرِ حَقٍّ وَمِنْ الْكَبَائِرِ السَّبَّتَانِ بِالسَّبَّةِ
Sesungguhnya termasuk bagian dari dosa-dosa besar adalah melanggar harga diri seorang muslim tanpa hak. Dan termasuk dosa besar adalah membalas celaan dengan celaan.
Membalas celaan dengan celaan ini akan semakin besar dosanya jika berhubungan dengan celaan kepada orang tua. Ini sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Imam Bukhari dari Abdullah bin Umar, dia berkata bahwa Nabi Saw bersabda;
إِنَّ مِنْ أَكْبَرِالْكَبَائِرِ أَنْ يَلْعَنَ الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ، قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ يَلْعَنُ الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ؟ قَالَ: يَسُبُّ الرَّجُلُ أَبَا الرَّجُلِ. فَيَسُبُّ أَبَاهُ وَيَسُبُّ أُمَّهُ
Sesungguhnya termasuk di antara dosa terbesar adalah seseorang melaknat kedua orang tuanya sendiri. Beliau ditanya; ‘Bagaimana mungkin seseorang tega melaknat kedua orang tuanya?.’ Beliau menjawab; ‘Seseorang mencela (melaknat) ayah orang lain, kemudian orang tersebut membalas mencela ayah dan ibu orang yang pertama.’
Karena itu, jika ada orang lain berbuat buruk kepada kita atau mencela kita, maka minimal kita tidak membalasnya. Ini seperti telah dicontohkan oleh Nabi Saw, sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Imam Tirmidzi dari Aisyah, dia berkata;
لَمْ يَكُنْ فَاحِشًا وَلَا مُتَفَحِّشًا وَلَا صَخَّابًا فِي الْأَسْوَاقِ وَلَا يَجْزِي بِالسَّيِّئَةِ السَّيِّئَةَ وَلَكِنْ يَعْفُو وَيَصْفَحُ
Beliau bukanlah seorang yang buruk prilakunya, tidak pula menjelek-jelekkan orang lain. Beliau tidak suka berteriak di pasar-pasar. Beliau bukanlah tipe orang yang membalas keburukan dengan keburukan, namun beliau selalu memaafkan dengan lapang dada.
Sumber : bincangsyariah.com
إرسال تعليق